Pejuang Muslim di Indonesia dalam Kemerdekaan

[Pejuang Muslim di Indonesia dalam Kemerdekaan]
Oleh : Dwi Angesti

"Apabila tidak ada semangat Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap dari Indonesia". (Dr. Douwwes Dekker)

Memproklamirkan kemerdekaan Indonesia memang telah berlalu, tapi semangat juang para pahlawan kian terasa manakala kita memasuki bulannya kemerdekaan Indonesia, welcome Agustus!. Agustus mengingatkan kita akan banyak hal menuju momentum perjuangan.

Kemerdekaan RI adalah anugerah Allah SWT atas perjuangan para pejuang. Dan tidak terhitung lagi para syuhada yang mengorbankan jiwa dan raga dalam perjuangan kemerdekaan, baik perjuangan melalui peperangan bersenjata maupun peperangan intelektual.

Tak sedikit pula jumlah pejuang kemerdekaan yang berstatus sebagai ulama penyebar dakwah Islam dan berstatus sebagai tokoh pahlawan nasional. Sayangnya, sejarah tak pernah mencatat perjuangan mereka kecuali sebatas merebut kemerdekaan Indonesia.

Salah satu tokoh Muslim yang turun langsung dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, yakni Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Jenderal Sudirman merupakan pahlawan yang memiliki dua peran sekaligus, yakni sebagai seorang kiai serta pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Ada tiga hal mulia yang dilakukan Jenderal Sudirman pada masa hidupnya; 1) ia senantiasa menjaga diri dalam keadaan suci dengan cara menjaga wudhu, 2) selalu berusaha shalat di awal waktu, 3) selalu berbakti kepada orang tua.

Tiga hal itu merupakan hal-hal baik yang diajarkan Islam dan terbukti dapat dirasakan manfaatnya oleh orang yang melaksanakannya.

Ini betul-betul rahasia Jenderal Sudirman sehingga ia senantiasa dijaga Allah SWT.

Mungkin ada yang ingat penggalan pidato ini:
Dan untuk kita saudara-saudara. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap : merdeka atau mati! Dan kita yakin saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.

Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Merdeka!!!

Tentu tak asing lagi di telinga kita pidato heroik diatas.

“Battle of Surabaya” tak bisa dilepaskan dari sosok bernama Bung Tomo. Meski tertatih-tatih dengan penyakit TBC yang menggerogoti tubuhnya, beliau tetap turun untuk bertempur bersama para pejuang lainnya dengan tandu.

Tak dapat dipungkiri, pidato Bung Tomo menjadi salah satu elemen penting yang tak bisa dipisahkan dari begitu tingginya adrenalin dan semangat para penjaga kemerdekaan.

Kisah perjuangan diatas adalah bukti keimanan yang bermuara pada keyakinan sebagai titik ukur lejitan semangat untuk kerja-kerja nyata kedepannya. Karena sejatinya tubuh manusia hanyalah sebuah interpretasi dari ‘keyakinan’ baik secara sadar maupun tidak sadar. Jika ‘keyakinan” itu bertolak belakang dengan apa yang hendak dicapai, maka gerak tubuh pun akan berperilaku serupa.

Jendral Sudirman dan Bung Tomo berhasil menginterpretasikan keyakinannya untuk memperjuangakan tanah air dengan caranya.